VAGUE dalam experimental & keberagaman


akhir-akhir ini kita sering mendengarkan literatur band-band yang menurut kita mempunyai musikalitas yang "sangat aneh", mungkin kita sudah mulai bosan dengan band-band yang melafazkan ritme-ritme normal & dianut oleh ratusan band indie yang tiap hari hadir membanjiri kanal-kanal media sosial hingga platform musik digital.

salah satu yang mengusik pembicaraan dengan beberapa teman adalah sebuah band yang menurut kita mewakili apa yang kita sebut "sangat aneh" tersebut, band asal jakarta yang di nahkodai oleh Yudis (vokal gitar), Jans (drum) dan Gary (bass) ini sudah lama kita dengarkan karya-karyanya tapi baru kesampaian saat ini untuk bertanya-tanya lebih jauh tentang eksistensi mereka, sudah banyak media digital maupun zine yang mengulas tentang band VAGUE ini, jika berbicara tentang karya VAGUE kalian bisa mampir dalam katalog mereka via bandcamp.com & cukup dengan mengetik nama mereka untuk menikmati karya yang disajikan secara free, bahkan mereka juga sempat merilis sebuah split EP yang diberi titel Arus dengan band post-hardcore dari negara Malaysia yaitu Killeur Calculateur yang mengunggah track “Sajak Pucat Pasi” sebagai lagu andalan yang akan membombardir kuping kalian, split EP ini akan dirilis dalam format vinyl 7” dan kaset sebagai bentuk kolaborasi antara Tandang Records (Malaysia) dan Alter Naive Production.

Halo teman-teman VAGUE, apa kabarnya ?, sedang sibuk apakah untuk saat ini
Jan : masih sibuk menjadi budak korporasi, freelance DJ & bermusik pastinya
Gary : saya masih sibuk kuliah (Kerja Untuk Beli Barang Mewah)
Yudhis : sibuk cari duit sama cari semangat untuk menulis lagu

Banyak penggemar kalian yang mendefinisikan musik kalian adalah Punk, sedangkan yang lainnya mendefinisikan musik kalian sebagai hardcore 
Jan : kita nggak punya patokan atau terminologi tersendiri untuk menggambarkan musik VAGUE dan sesuai namanya musik kita itu VAGUE alias nggak jelas, ada elemen shoegaze, indie rock, post-hardcore, punk & sebagainya. apapun yang disebutkan itu sah-sah saja seh, karena pendengar mempunyai persepsi masing-masing ketika mendengarkan kita
Gary : kita nggak ada pendengarnya, ada yang mau mendefinisikan musik kita aja udah seneng banget. kalo dari saya sih misalnya ada yang nanya paling akan saya jawab "experimental", karena semua dimulai dari coba-coba
Yudhis : lebih seru kalo enggak didefinisikan secara sempit hehehee, jadi bebas mau kemana saja musiknya bisa

Dari banyak karya yang sudah dikeluarkan oleh VAGUE baik itu EP, split maupun digital album, menurut kalian "karya" manakah yang wajib untuk kita dengarkan & kenapa harus lagu tersebut
Jan : yang pasti adalah lagu terbaru yang bakalan nongol dalam split bareng dengan Wreck (bandung), kenapa lagu itu ?, karena menurut saya lagu itu cukup representatif dalam menunjukkan pendewasaan bermusik VAGUE ketimbang materi-materi kita terdahulu tanpa menghilangkan karakter kita sebagai sebuah band
Gary : interlude dari album FootSteps, karena nggak ada liriknya & biasanya nggak ada yang mau dengerin
Yudhis : yang mana ya ?, sebetulnya rilisan kita belum begitu banyak juga seh, tapi kalau dari yang sudah-sudah mungkin lagu Sajak Pucat pasi bisa dijadikan lagu perkenalan yang cocok

Masing-masing personil VAGUE mempunyai band lain / project, yang kita tahu Yudis & Jan juga bermain untuk jirapah, bagaimana kalian membagi waktu & ide untuk VAGUE ditengah kesibukan band diluar VAGUE
Jan : untuk sekedar catatan, saya sudah tidak lagi tergabung di Jirapah, jadi untuk saat ini hanya aktif di VAGUE & kebetulan ada band lainnya yang masih belum bisa saya sebutkan namanya karena masih dalam proses penciptaan karya (semoga demonya keluar soon!...). kalo soal waktu emang paling tricky, karena kesibukan kita masing-masing, terkadang waktu latihan bisa jarang sekali, atau hanya intens saat mendekati gigs. tapi secara keseluruhan kita mencoba menyiasati bagaimana agar kita tetap terkoneksi lewat latihan
Yudhis : oyah kebetulan mulai 2014 posisi bass diisi oleh gary, dikarenakan bassis kita yang terdahulu yaitu adit sedang sibuk karena pekerjaan, iya seh memang kendala klasik band-band independent ya selalu waktu & prioritas, karena prioritas orang berubah seiring bertambahnya usia & menurut saya itu wajar, tinggal tergantung aja komitmen anggota bandnya setinggi apa. untungnya VAGUE lumayan santai dan tidak terlalu ngoyo, jadi masih bisalah dicari-cari waktu buat aktif didalam band

Tentang kolaborasi VAGUE dengan Mufti Priyanka a.k.a AmenkCoy, soal lagu Balada Peperangan maupun tentang tema artwork dalam split dengan The Kuda, sebagai catatan yang kita tahu AmenkCoy adalah seorang selebgram dengan karya-karyanya dibidang artwork / visual artist
Gary : wah, kita tidak menganggap AmenkCoy sebagai seorang selebgram, saya rasa dia juga nggak ngerasa gitu hahahahaaa, tapi pastinya kolaborasinya seru sih, karena saya fans artworknya beliau, yudhis tuh yang banyak komplain / revisi
Yudhis : pas kita ngobrol dengan The Kuda tentang split bareng, disalah satu lagu mereka itu featuring Amenk, jadi mereka bilang ya udah sekalian aja artworknya yang ngerjain si Amenk juga, secara Amenk sudah khas bangetlah karyanya, sekali liat bisa tahu itu buatan dia. nah gaya dia sama The Kuda masuk banget tuh, cuman VAGUE selama ini gaya artworknya lumayan beda, jadi PRnya kemarin itu gimana biar dapat artwork yang pas



Kita bahkan memberi label bahwa musik yang kaliankan mainkan adalah musik cerdas!, karena tidak banyak yang bisa memainkan genre tersebut diIndonesia, kenapa kalian bisa tertarik & membikin musik se-njlimet itu
Jan : karena kita semua adalah pemikir & saya orangnya gampang bosenan jadi selalu mencari sesuatu yang baru, elemen menarik apa yang bisa dimasukkan kedalam VAGUE, dibilang njelimet sih nggak ya, karena kalau mau lebih kompleks lagi masih banyak band-band yang lebih teknis daripada kita, tapi kita suka dengan konsep ruang dalam sebuah komposisi musik & bagaimana ruang itu bisa dimaksimalkan untuk menciptakan kontradiksi antara part yang berisik dengan part yang lebih tenang. isi musik itu sendiri harus rich, dalam artian padat secara komposisi & memberikan dimensi emosi tertentu
Gary : makasih banyak sudah bilang musik kita cerdas, karena dibalik itu semua tersimpan pribadi-pribadi yang unik yang sebetulnya kurang pantas dibilang cerdas, apalagi saya
Yudhis : sebetulnya sih cerdas itu subjektif banget ya hahahaaa, kebetulan band-band yang saya suka memang biasanya yang suka campur-campur pengaruh musik dari berbagai macam genre, jadi keluarnya juga seperti itu di VAGUE

Yang kita tahu untuk merilis sebuah karya berarti mengeluarkan uang dalam jumlah banyak, untuk mensiasati hal tersebut apakah VAGUE mencari sponsorship untuk merilis karya-karya yang begitu banyaknya ataukah murni dari kocek pribadi
Gary : hahahahaa walahh, kita band tajir jadi semuanya dari dompet yudhis hhahahaaa, nggak kok, akal-akalannya paling dari duit kas band karena kita juga jualan merchandise, sama kadang kalau ada bayaran manggung larinya ke kas juga, kalo dulu pas awal-awal sempat ada era kita patungan buat rekaman, lagipula karya kita belum sebanyak itu kok
Yudhis : masalah duit memang susah, apalagi buat musik yang lebih niche yah, jadi harus pinter-pinter ngatur flow kas saja seh, kayak misalnya mungkin awalnya rekaman patungan, tapi nanti duit penjualan rilisan masukin ke kas, diputar untuk merchandise, masuk kas lagi, gitu-gitu saja seh, kita nggak pernah pake sponsor buat rekaman, kalo dapet label yang baik bisa ditalangin biaya masteringnya, paling gitu saja seh

Bisa diceritakan tentang lagu "A Giant Blur"
Yudhis : jadi lagu A Giant Blur itu kan sebetulnya tentang bagaimana kadang hidup bisa terasa berlalu cepat begitu saja, dan kalau kita nggak selalu 'present' semuanya bisa terasa kabur & diluar kendali. nah videonya sendiri menceritakan seseorang yang baru kena vonis sakit parah, dia nggak tau harus ngapain, hanya muter-muter dijalanan semalaman, tapi toh ujung-ujungnya dia kembali ketitik awal dan harus menghadapi kenyataan

Band yang sangat mempengaruhi untuk musikalitas VAGUE
Jan : kalo saya pribadi kebetulan besar dengan Punk (apapun itu jenis & sub genrenya), jadi hingga detik ini agresivitas & intensitas punk masih mempengaruhi musikalitas VAGUE walaupun tidak serta merta dalam bentuk sound ya, lebih kedalam spiritnya
gary : saya suka One Last Wish
Yudhis : kalo ditanya satu band mungkin nggak ada, karena sebetulnya lumayan banyak yang jadi inspirasi, band-band revolution summer, band rilisan dischord 80an & 90an, kemudian ada indie rock yang bising ala Dinosaur jr

Planing VAGUE untuk menyelesaikan 2019 ini
Jan : kita merencanakan beberapa rilisan split dengan teman-teman kami diBandung, Jakarta & Australia
Yudhis : akan ada 2 rilisan split yang akan dirilis di akhir tahun, semoga lancar, untuk tour band mungkin akan dilaksanakan pada awal tahun depan



Gigs terbaik & terburuk yang pernah dialami oleh VAGUE
Jan : semua gigs rata-rata menyenangkan & seru, tapi yang paling memorable so far itu ketika perform di Rumah Api (Kuala Lumpur)
Yudhis : wah banyak sih yang terngiang-ngiang, gigs diRumah Api pas kita pertama kali keKuala Lumpur itu sangat seru, perform open buat The Kuda di Ecobar 365 juga rusuh, pas kita launching split sama Killeur Calculateur diRossi juga menyenangkan, kalau yang terburuk agak susah takarannya,karena ada gigs yang soundnya kurang tapi penontonnya asik-asik saja, sebaliknya ada yang soundnya bagus tapi crowd nggak ada energinya

Apakah VAGUE sekedar berkarya atau adakah movement yang ingin disuarakan
Jan : kita tidak pernah tertarik untuk membuat movement atau menyuarakan hal-hal yang sifatnya untuk menggalang dukungan atau apapun itu bentuknya
Yudhis : kalau soal movement saya nggak tau yah, karena itu kata yang lumayan berat, sejauh ini pendekatan lirik VAGUE selalu personal, biarpun nggak mungkin, nanti kedepan bakal ada lirik-lirik yang lebih sosial juga. tapi mungkin kalau ada pesan yang ingin saya sampaikan lewat VAGUE ya paling untuk nggak takut jadi diri sendiri saja seh, bikin aja apa yang kamu mau bikin, enggak usah khawatir dibilang terlalu ini terlalu itu, yang penting percaya saja sama produk bikinan sendiri

Bagaimana kalian melihat ledakan pertumbuhan musik-musik indie dalam banyak genre untuk saat ini
Jan : scenenya berkembang sih, bagus karena mempunyai lebih banyak opsi untuk melihat band lokal & ekosistemnya tumbuh subur, walaupun di beberapa skena mikro belum ada regenerasi yang signifikan, tapi saya sendiri optimis, akan selalu ada musik-musik non-mainstream yang terus berkembang & terdengar karya-karyanya karena adanya andil label-label independent, fanzine (cetak maupun digital) ataupun show & gigs yang digelar
Yudhis : masalah klasik seperti kurangnya venue atau mahalnya biaya sewa & kurangnya infrastruktur masih ada tentunya, tapi sekarang berkat internet scenenya sudah nggak lagi tersentralisasi & ruang buat bikin terobosan lebih besar, kalau secara output musiknya scene indie saat ini sangat beragam & itu sangat sehat

Pesan untuk fans VAGUE & last words untuk webzine yang muncul dari kota kecil ini
Jan : perbanyak referensi musik, coba untuk mendengarkan musik dari berbagai sub genre (suka atau tidak suka), keluar dari zona nyaman, bikin terus jaringan untuk kesempatan berkolaborasi atau berjumpa dengan teman-teman baru didalam skena
Gary : semoga banyak zine & band baru yang aktif bermunculan dari kota ini,perbanyak tour & jajahlah ibu kota, salam kenal untuk OutandOutside, undang-undanglah kita main kekota kudus hhehehee
Yudhis : tetap semangat buat teman-teman yang menjalankan roda scene disana, mungkin kadang rasanya berat tapi kalau kamu melakukan apa yang kamu sukai secara konsisten pasti ada yang menyadarinya