Photo oleh Blanco Project |
Band yang satu ini sudah mulai mencuri perhatian bukan hanya dari dalam kota & didalam scenenya saja, band ini juga sudah mulai diulas oleh banyak zine juga beberapa artikelnya tayang dalam tulisan digital, setiap kali mendengarkan MP3 mereka saya selalu berandai-andai bahwa band ini adalah penggabungan dari The Glitter Tacos dengan Gagged, ini versi kita sih, mini album mereka juga gokil sekali, dari konsep kemasan yang memang mini hingga splitnya dengan band jerman NERV.
Bisa diceritakan kenapa memilih nama The Suse
adalah nama band yang biasa saja sih, sebenarnya Suse merupakan akronim dari dua nama tempat yang sering kami kunjungi. Su itu adalah sebuah tempat dimana kami tumbah & berkembang, sedangkan Se adalah nama desa di klaten yang menjadi tempat tinggal drummer juga bassis kita.
apa yang sebenarnya ingin disampaikan dengan keluarnya split album dengan NERV, apakah agar movement dari kawan-kawan dilingkunganmu bisa terdengar sampai diluar negeri atau hanya sekedar friendship & bersenang-senang
kami semua memiliki semangat kemandirian yang sama, kami menemukan NERV lewat internet & berlanjut dengan berkirim pesan untuk merencanakan merilis split album plus menyablon emblem masing-masing. melihat logo kami disablon oleh mereka itu sudah sebuah hal yang menyenangkan, jadi ya alasan apa lagi kalau bukan untuk bersenang-senang juga bertukar ide.
ada beberapa kawan yang sudah melakoni split album dengan beberapa band luar negeri, ada yang bilang bahwa mereka lebih banyak rewelnya, bagaimana dengan kalian
tidak juga sih, selama ini enak-enak saja, awalnya split kami dengan NERV bakal dirilis dalam format kaset, untuk layout sendiri dibikin oleh pihak NERV, tetapi akhirnya disini kami rilis dalam bentuk mini CD-R. sampai saat ini kami belum dapat info apakah split kami ini sudah dirilis disana apa belum.
Photo oleh @gustiawn_ |
lagu-lagu kalian bercerita tentang apa saja
kesenangan, kegelisahan & kebebasan versi kami sendiri. seperti lagu Can't Be The Best misalnya, kami mencoba menulis tentang orang-orang yang ada disekitar, mereka mengejar sesuatu hal yang menurut mereka itu terbaik, tapi justru mereka melupakan apa yang ada disekitar mereka sendiri, menjadi yang bukan terbaik pun tak apa, karena konotasi baik disini memiliki arti yang berbeda-beda ya.
kita melihat banyak band dari kawan-kawan punk yang bernyanyi & berteriak-teriak tentang harus melawan ini melawan itu, tapi parahnya mereka yang membawakan lagu tentang perlawanan tersebut tidak pernah sekalipun ikut aksi turun kejalan, nah apakah menurut kalian gerakan melawan itu tidak harus dengan turun kejalan ?, atau bisa juga diwakilkan melalui lirik juga menulis di media sosial
menurut kita bentuk perlawanan itu ada banyak sekali yah, salah satunya ya menyuarakan lewat musik, walaupun lirik kami tidak melawan sama sekali, mengutip kata-kata dari Pramoedya Ananta Toer "bahwa setiap ketidak adilan memang harus dilawan walaupun hanya dalam hati"
Photo oleh Krishanaekka |
tempo hari sedang ramai nih di dunia maya tentang teori konspirasi yang diunggah oleh bli JRX, pendapat kalian sendiri tentang teori konspirasi pandemi virus Covid-19
bagaimana ya ?, oke, dimulai dari TUHAN, TUHAN itu "TUHAN maha paradoks, jadi bisakah kita memulai perbincangan yang seperti ini dengan pemikiran yang linear ?, sepertinya tidak akan bisa, karena linear hanya akan membawa pandangan ke satu titik yang diyakini, lalu melupakan apapun yang sesungguhnya mungkin ada juga disekitar bahkan sesungguhnya yang lebih penting dari titik itu. jadi, mungkin kita harus paradoks, dualisme, untuk menyikapi pendapat yang diutarakan oleh JRX, kami merasakan JRX sesungguhnya mempunyai mimpi yang besar untuk dunia ini, ada pepatah juga yang bilang "mimpimu belum besar, kalau belum ditertawai orang lain". jadi pada intinya, kami pun menghargai apa pendapat yang dikeluarkan oleh JRX, karena mungkin bisa iya, bisa juga tidak, belum ada yang bisa membuktikannya juga. jangankan JRX, bahkan suatu kelompok pun sepertinya belum cukup untuk membongkar kasus-kasus yang seperti ini, karena ini sebuah jaringan yang besar, memiliki power berlebih, jadi ya, kita siapa ? apa kita mampu ?, toh kita pun tidak tahu jika memang hal tersebut benar. apakah mereka merasa kurang & ingin lebih lagi dalam menguasai ?, atau mereka merasa muak dengan tatanan dunia selama ini & ingin membentuk sebuah tatanan yang baru ?, intinya memang sama, ingin berkuasa, namun visi & misinya yang berbeda, apakah menuju keterpurukan ? atau malah sebaliknya menuju kebaikan ?, kebaikan pun sepertinya belum cukup, apakah ini kebaikan versi mereka atau kebaikan untuk bersama ?, tidak ada yang tahu juga.
dan seperti yang sudah kita ketahui bersama, dari dulu kita hidup dibawah bayang-bayang standar, kita semua di-standar-kan, laki-laki harus seperti ini, begitupun dengan perempuan, 1+1 = 2 dan seterusnya. kami tidak bisa menampik bahwa pendapat JRX 100% adalah salah, begitu juga sebaliknya. mungkin JRX adalah salah satu orang yang teriak bahwa 1+1=50, ini kan sudah berada dibawah standarnya, bahwa 1+1=2, nah hal inilah yang membuat JRX jadi bahan tertawaan untuk saat ini. makanya kami ulangi lagi, satu orang JRX tidak akan cukup, kelompok-kelompok juga tidak akan cukup, bahkan orang yang membuat standar itu sendiri tiba-tiba muncul & merangsek ditengah keriuhan dunia & meneriakkan mengakui bahwa ia telah berbohong selama ini hingga kebenaran yang sesungguhnya adalah 1+1=50, bukan angka 2. mungkin juga sudah tidak bisa, kita sudah terlanjur terlalu dalam tercebur, sulit untuk bangun kembali, kebohongan sudah terlanjur diyakini menjadi sebuah kebenaran yang sesungguhnya, itulah dunia kita saat ini.
Photo oleh @pratamask |
terus apakah kalian meyakini bahwa pandemi ini dibuat oleh manusia sebagai bagian dari uji coba senjata biologis
mungkin, hal seperti ini tergantung dilihat dari sudut pandang yang mana dulu, kami meyakini sesuatu hal pasti ada sesuatu dibalik semua kejadian, entah apa itu kami sendiri juga belum tahu.
apakah kalian bergabung dengan sebuah scene atau kolektif ?, terus scene / kolektif kalian lebih concern dengan kegiatan apakah
secara band tidak, tetapi beberapa dari kami tergabung dengan Darsa Kolektif & juga Perpustakaan Jalanan Sukoharjo.
perdebatan yang mendefinisikan bahwa punk itu harus on the street, sementara saat ini mungkin banyak juga mereka yang mengaku punk tapi tidak pernah hangout dalam sebuah scene / kolektif, karena semua serba dimudahkan dalam zaman digital ini
soal punk kami tidak bisa banyak berpendapat, lakukan apa yang ingin kalian lakukan selama tidak merugikan orang lain & diri sendiri, panjang umur untuk teman-teman yang masih berada dijalan maupun untuk teman-teman yang tidak tergabung dalam sebuah scene / kolektif manapun, tetapi tidak ada salahnya juga untuk mencoba menjalin jaringan pertemanan dengan teman-teman di lingkar scene / kolektif terdekat kalian.
5 album / EP band punk yang kalian rekomendasikan untuk kawan-kawan dengarkan
1. MINOR THREAT - Out Of Step
2. BAD RELIGION - Suffer
3. DEAD KENNEDYS - Give Me Convenience Or Give Me Death
4. GANG GREEN - Another Wasted Night
5. ANTI CIMEX - Absolute Country Of Sweden
tentang lagu Listen To Black Flag
sebenarnya lagu ini tadinya ditulis dengan judul "Teenage Dirtbag", bercerita tentang remaja tanggung yang mungkin kelewat senangnya saat mendengar playlist HC/Punk 80s nya, lalu kenapa black flag ? ya, karena bag bag dirtbag, black flag, lalu jadilah "Listen To Black Flag" karena itu tadi, yang terlintas dikepala kami kayak pengucapan black flag & akhirnya berlanjut lalu dijudulkan.
Photo oleh @pratamask |
apakah kalian yakin bahwa 10 tahun kedepan The Suse masih ada & terus berkarya
berusaha akan terus tetap ada, kalaupun kami sudah tidak bermain musik, kami ingin masih bisa berkontribusi dalam bentuk yang lain.
silahkan kirim salam kepada siapa saja & mungkin ada ucapan thanks to
salam kenal saja buat semua teman-teman yang membaca tulisan ini, dalam masa pandemi ini semoga semuanya selalu dalam keadaan sehat & baik, mari sambung menyambung menambah jaringan pertemanan
NB : kawan-kawan bisa menjumpai The Suse dalam beberapa laman media sosial & zine.
Photo oleh @ariyulisaputro |
Video oleh Kobarkobra