INDRA MENUS didalam skena noise




Kota Yogyakarta seakan tidak pernah kering dengan talenta-talenta seni terutama dari kalangan band indie yang berbobot dengan berbagai macam genre, iklim kota yang mendukung & banyaknya skena musik yang terus hadir bermunculan membuat kota Yogyakarta selalu menampilkan musisi-musisi yang selalu baru dengan karya yang tidak bisa dipandang remeh untuk ukuran dalam negeri. Tidak bisa dipungkiri kota Yogyakarta juga mempunyai banyak penggiat lintas scene yang selalu mengkoordinir sebuah event music / gigs, salah satu yang kita kenal adalah Indra Menus, dia adalah seorang musisi yang juga melahirkan beberapa band indie berbobot seperti LKTDOV, To Die atau juga Narcholocos, dia juga seorang zinemaker yang setahu kita sudah mengeluarkan beberapa zine yang menurut kita zine-zine seperti Mati gaya ataupun Menghamba Mesin FotoCopy yang dia buat termasuk dalam kategori barang buruan dikalangan para penghobi zine untuk saat-saat ini, Menus demikian kita kerap memanggilnya juga merupakan salah satu pendiri sebuah kolektif yang bernama YK Booking, bagi kawan-kawan yang belum mengetahui bahwasanya YK Booking adalah sebuah kelompok kolektif yang mempunyai kegiatan untuk mengorganisir event kecil seperti mini gigs untuk band-band lokal maupun band dari luar negeri yang sedang mengadakan band tour diindonesia, tercatat beberapa bulan yang lalu Menus juga meluncurkan sebuah buku yang diberi judul “PEKAK!” & didalam buku tersebut menceritakan kisahnya dalam melakukan perjalanan tour dibeberapa negara untuk mengunjungi kawan-kawan sesama penggiat skena dalam genre noise, dengan jadwal yang sangat padat pun Menus masih mempunyai energy berlebih untuk menjadi inisiator didalam Jogja Noise Bombing yang mana kolektif ini berkonsentrasi & mewadahi rekan-rekan penikmat maupun penggiat musik noise maupun eksperimental, yang terakhir dia juga mengelola sebuah label independen milik pribadi yang bernama RelaMati Records & label ini mulai aktif pada kisaran tahun 2002 dengan terfokus untuk merilis band-band dengan music yang ekstrim maupun aneh.   
 



Halo piye kabare nus, sehat-sehat to ?, sedang sibuk dengan kegiatan apakah untuk saat ini & apakah ada project terbaru yang akan kamu kerjakan untuk kedepan
Halo mas bro, syukur masih sehat meskipun beberapa penyakit mulai muncul tapi tetap semangat, aku masih sibuk dengan pekerjaan sehari hari di DoggyHouse Records, juga bermain musik dengan LKTDOV dan solo project. Proyek baru saat ini ada band narcholocos yang mau rilis split sama Anal Geisha, sebuah band grindcore Jepang. Juga rencana proyek baruku sama Joe Million yang planing mau tour Eropa pada bulan Desember nanti.

Bisa diceritakan kenapa dirimu tertarik terhadap skena underground, sedikit flash back skena underground pada awal-awal tahun 2000 masih sangat idealis sekali & berbeda dengan saat ini, yang mana skena underground bisa dijadikan sebagai lahan pekerjaan
Awalnya dari hobi sih menurutku, apa yang mau dilakukan dengan passion tanpa berharap imbalan. Mungkin kalo remaja seumuranku saat itu tertarik ikut geng atau nggabur doro, nah aku hobinya dengerin musik underground dan berkomunitas.

mempunyai beberapa band dengan beberapa genre, bagaimana kamu bisa menuangkan maupun menyumbangkan ide untuk tiap band tersebut
Sebenarnya band utamaku itu ya To Die, karena saking lamanya kadang bosen muncul juga. nah salah satu cara biar ga bosen itu ya dengan bikin band baru, dengan orang baru, musik yang beda, jadi bikin pikiran lebih terbuka, otomatis ide ide baru jadi mengalir. Masalah  membagi waktu diantara band band itu sih tinggal kitanya aja mau niat apa enggak. Aku sempat punya 5 band dalam waktu bersamaan dan semuanya bisa jalan rekaman, maen atau tour. Cuma kadang gak semua personil di band tersebut punya passion dan energi yang sama jadinya ada beberapa band ku yang ter-elimininasi seiring berjalannya waktu.





Bagaimana dengan perkembangan YK Booking terkini, apakah masih terus menjadi pendamping bagi band-band tour yang masuk kekota yogyakarta ?, terus apakah ada syarat & kriteria khusus agar band tour dari teman-teman luar kota bisa dihandle oleh kawan-kawan dari YK Booking
YK Booking masih jalan dengan personil aktif yang sedikit tapi makin solid. Regenerasi udah nampak, sekarang gak harus aku yang ngurusin YK Booking, ada Udin dari Otakotor Records, Kunta dan lain lain yang udah bisa jalan sendiri dengan cara mereka. Tujuan YKBK emang gitu, regenerasi supaya ga stuck di satu generasi saja. Tidak ada syarat khusus sih untuk urusan genre musik, asal band tournya mau rekoso dengan alat dan venue yang seadanya. Fokus YKBK memang bukan di kualitas gigsnya tapi regenerasi dan kontinuitas. Jadi kalo band tournya pengen dapet duit sama privilege yang lain sih ya mending jangan maen di gig YKBK hahahaaa, Selama ini sih kita sistem nya donasi tiket terus hasilnya buat bayar sewa venue & alat, jika ada sisa dibagi ke band tour dan buat beli makan temen-temen volunteer YKBK yang ikut ngurusin gig. Kalo masih ada sisa lagi ya ditabung buat servis alat atau untuk kebutuhan planing acara yang selanjutnya.

Saat ini sudah mulai banyak para penggiat skena gigs Underground yang beralih menjadi komersil dengan tumpangan pihak korporasi, meskipun hal ini adalah privasi dari masing-masing person, bagaimana kamu melihat fenomena ini, jika dalam guyonan antar penggiat gigs sering dilontarkan bahwa ini adalah urusan perut
Kalau di Yogyakarta, temen-temen sekarang sudah memulai untuk memilah mana gigs mandiri dan mana gigs yang disponsori oleh sebuah korporat tertentu, jadi mereka kasih treatment yang berbeda. Misalnya di gigs mandiri ya ngga minta riders atau fee (kecuali ada sistem share tiket yang sudah dibicarain sebelumnya), udah tahu sama tahu lah. Tapi kalo maen di gigs bersponsor mereka minta fee dan disiapin ridersnya secara profesional. Udah gak jamannya lagi musuhan karena berbeda idealisme, yang mau idealis ya monggo, yang mau nyari duit ya monggo.
Masalah perut tentu saja ada, beda kebutuhan antara mereka yang berumur belasan atau mungkin 20an dan masih single dibanding dengan mereka yang sudah 30 - 40an dengan tanggungan keluarga. Keluarganya kan ga bisa dikasih makan idealisme, Nah gimana caranya ketika kamu udah berkeluarga tapi masih mau bermain musik underground ?, Ya dengan beberapa kompromi, pastiin dapur keluargamu tetap ngebul, kebutuhan keluarga terpenuhi dulu baru bisa deh bermain musik idealis.
Sponsor itu ga selamanya ada kok, mereka masih mau support itu karena masih melihat potensi didalam musiknya, tapi kalo udah nggak ada dan melihat potensi di kegiatan lain ya mereka bakal pergi. Makanya jangan apa apa bergantung ke sponsor, ketika mereka pergi jadi nggak bisa ngelakuin lagi kan. Ambil dan manfaatin aja seperlunya tanpa perlu bergantung.
Idealnya lagi kalo kita bisa membuat sebuah pasar ekonomi mandiri di ranah DIY yang bisa menghidupi semua komponennya sehingga tidak perlu kerja menghamba ke korporat 9-5 PM kan ? Utopis sih tapi siapa tahu nanti bisa terjadi.

Kamu sudah sering menghandle band tour dari luar negeri, menanggapi masalah band punk dari kota madrid Accidente yang tempo hari tidak jadi meneruskan band tournya diindonesia karena ditangkap oleh pihak aparat & harus berakhir dengan deportasi, apakah band tour dari luar negeri saat ini izinnya semakin rumit untuk perform dinegara ini ataukah ada kesalahan dari pihak panitia yang menyelenggarakan gigsnya ?
Yang harus dipahami sebenarnya gini, dari dulu band band luar negri yang tour ke Indonesia secara mandiri dan di networking DIY itu memang pakai visa turis, sekarang ada free visa malahan. Itu kenapa kebanyakan promosi tour dan gigsnya nggak masif, skala gigsnya kecil ke menengah. gigsnya juga jarang atau malah ngga pake ijin, kalaupun pake ijin ke polisi biasanya tidak menyebutkan kalau ada band luar negrinya untuk menghindari biaya keamanan yang lebih besar. Resiko nya memang ketika didatengin sama polisi atau imigrasi pasti akan dicekal.
Kalo mau bikin gigs dengan line up band luar negri secara legal, butuh waktu dan uang untuk ijin-nya. Perlu surat jalan dari tingkat Polri, Polda, Polres sampai ke Polsek di tiap venue dimana mereka akan perform. Tau sendiri gimana sulitnya berurusan dengan institusi ini. Bayangkan berapa duit dan waktu yang dibutuhkan.
Selama ini beberapa band tour DIY ini sudah pernah kena cekal kok, Accidente ini bukan yang pertama kali. Dulu ada Sete Star Sept (Jepang),Pisschrist (Australia), Neid (Italia), 7 Crowns (UK) dan lain lain. Gui Gui Sui Sui dari China pernah dideportasi sebelum masuk Indonesia via Surabaya tapi itu karena passport nya expired kurang dari 6 bulan. Jadi memang dibutuhkan skill negosiasi dengan petugas.





Banyak orang yang terjebak dalam istilah Underground Music, batasan kamu sendiri terhadap masalah musik undergorund ini sendiri bagaimana
Musik underground buatku gini simplenya, kalo jenis musik itu cuma kamu dan lingkaranmu yang tahu ya itu artinya musik underground. Masalahnya sekarang dengan maraknya sosial media semua jenis musik bisa ter-ekspos keluar, udah susah lagi untuk menyebut sebuah musik itu masih underground apa tidak.

Bisa diceritakan sedikit kenapa kamu bisa sampai menjadi manager didalam DoggyHouse Records, terus untuk records yang kamu bikin sendiri (RelaMati Records) apakah saat ini masih aktif atau sudah off
Waktu itu Shaggydog lagi nyari siapa yang bisa ngurusin label mereka, terus nawarin Ojie (Kongsi Jahat Syndicate/Mortal Combat), Ojie nya malah nawarin ke aku terus ya aku ambil aja. Relamati Records masih jalan kok,  cuman kalau itu beda, itu label untuk hobiku.


Tentang buku yang sudah kamu rilis, PEKAK!, apakah ada semacam movement yang ingin kamu sampaikan tentang skena musik noise itu sendiri, ataukah hanya untuk riset pribadi atau mungkin hanya semacam catatan tentang perjalananmu keberbagai negara untuk memperkenalkan noise kultur dari indonesia
Buku Pekak! itu sebenarnya laporan penelitianku untuk riset yang didanai oleh Asia Center Japan Foundation. Pihak Asia Center Japan Foundation kan membebaskan aku untuk menulis laporan dalam bentuk dan gaya bahasa apapun jadi aku milih merilis itu dalam bentuk buku dengan gaya bahasa mirip diary. Disitu aku menulis tentang hubungan skena noise di Asia Tenggara dengan Jepang sih.




Dahulu musik noise banyak orang yang tidak paham, bahkan kita sendiri waktu itu pernah menonton performnya sebuah band dari australia & parahnya kita baru tahu belakangan ini kalau band tersebut adalah band noise, apakah tolak ukur boomingnya musik noise diindonesia adalah dengan semakin dipahami & dimainkan oleh orang banyak seperti saat ini, atau justru dengan maraknya mereka yang memainkan musik noise seperti saat ini malah menjadikan semacam kekhawatiran
Musik Noise di Indonesia sebenarnya udah lama kok, bisa dilacak dari tahun 60an cuma karena kebanyakan berkutat di bidang akademik jadi tidak begitu banyak yang tahu. Udah gitu media juga nggak banyak yang mengulasnya. Aku rasa ada beberapa pelaku Noise puritan yang tidak ingin Noise dimainkan oleh banyak orang, pengennya tetep underground. Ada juga yang ingin lebih banyak orang tahu tentang Noise. Masalah secara umum mau diterima atau enggak sih nggak masalah. Mungkin karena banyak media yang tertarik mengulas sehingga terkesan jadi trend tapi ya semua hal bisa jadi trend kok tapi yang ngelakuin bukan karena terpengaruh trend juga ada. Ga ada yang perlu dikhawatirkan sih seharusnya.

Apakah kamu juga punya wacana suatu saat akan mengangkat perjalananmu didalam skena noise akan tetapi bukan lagi dari dunia menulis tapi versi visual / film, mungkin seperti film dokumenter Bising tapi dalam versimu
Sempat kepikiran buat bikin semacam trilogi rilisan dalan bentuk buku, audio dan visual. Buku dan audionya sudah rilis tapi untuk visual terbentur pada masalah SDM, aku belum bisa bikin film sih dan butuh energi extra untuk bikin film. Buku dan audio bisa kubikin sendiri dengan minim bantuan orang lain tapi kalo film jelas butuh, cuma belum ketemu orang dengan passion dan energi yang sama aja untuk bikin hal ini.

Ketika musik noise sudah berhasil kamu naikkan kedalam Festival Kesenian Yogyakarta apakah ada keinginan untuk membuat musik noise tampil lagi didalam perhelatan musik yang dinikmati oleh banyak masyarakat umum
Selama ini dengan konsep noise bombing (acara noise dipinggir jalan) sebenarnya itu usaha kami untuk mengenalkan noise ke masyarakat umum. Kalo mereka nggak mau dateng ke pertunjukan noise ya kita bawa pertunjukan noise ke depan mata mereka heheheee, JNB jarang sih submit ke festival umum gitu, tapi beberapa kali diajak terlibat di beberapa festival musik misal RRREC FEST In The Valley.

Bagaimana tanggapan para penggiat skena underground asia maupun eropa terhadap perkembangan skena underground diIndonesia
Awalnya kalo di Eropa banyak yang masih mengira Indonesia itu identik dengan gamelan, terima kasih kepada pemerintah yang getol memberangkatkan seniman tradisional ke luar negeri. Padahal seni kontemporer dan musik underground juga berkembang di Indonesia kan. Dulu sering pas main keluar gitu yang nonton kami pada bingung karena dikiranya di Indonesia ngga ada musik Noise atau ga ada yang bisa bikin synthesizer. Sekarang berkat Senyawa dan Film Bising, orang di luar jadi mulai melongok apa yg terjadi di Indonesia.





Apa kabarnya Jogja Zine Attack, Mati Gaya, Menghamba Mesin Foto Kopi dan lain-lainnya ?
Jogja Zine Attack sudah nggak aktif tapi beberapa yang terlibat sebelumnya sudah bikin platform baru. Sudah ada juga kayak Indisjzine partij yang bikin archive dan pameran zine di Jogjakarta. Mati gaya dan menghamba mesin photokopi juga sudah ngga aktif. Ga semua hal yang aku bikin itu diproyeksikan harus bertahan lama, kalo menurutku sudah bisa memantik orang lain untuk melakukan hal yang sama apalagi lebih baik, ya gausah aku lanjutin lagi. Jadi aku bisa fokus ke hal lain yang belum ada yang ngurusin.

Jika dahulu zine adalah barang yang lumrah ditemukan & untuk saat ini zine hanya bisa ditemukan pada kelas kolektor-kolektor saja, bagaimana kamu menyikapi pergeseran trend dari dunia perFotokopian / cetak kedalam dunia digital
Sesuai dengan kebutuhan zaman saja sih. Dulu zine identik dengan berbagi info tentang musik underground, bersifat politis. Sekarang zine gerakan baru lebih personal atau sebagai output dari karya mereka, sebagai merchandise seni. Fungsi zine sebagai wahana berbagi info bisa digantikan dengan internet. Masalah relevansi dan akses yang lebih mudah saja kalau sekarang kemudian pada beralih ke digital.

Dengan seabrek padatnya aktivitasmu, apa yang membuat dirimu masih sanggup bertahan hingga saat ini
Justru kalau nggak aktif dengan kegiatan tadi aku malah nggak bisa menikmati hidup heheheee, Aku nggak bisa hidup tanpa melakukan aktifitas yang ada hubungannya sama musik. tanpa musik saja aku suka bingung mau ngapain sehari-hari.

Pesan untuk Webzine ini & untuk para penggiat scene musik yang masih perduli dengan gigs non komersil
Cari cara supaya bisa kontinyu, perbanyak bergaul dengan anak muda karena kalo mau relevan dengan masa sekarang ya harus buka mata dan telinga dengan apa yang terjadi dimana para anak muda ini yang lebih melek dengan apa yang terjadi sekarang dan di masa depan.